Identifikasi Bahan Pencemar

Tuesday, March 1, 2011 , Posted by Jakarta Green City at 6:48 AM

 Bahan penyebab pencemaran air (water pollution) disebut pencemar atau cemaran (pollutant).  Menurut sumbernya, pencemaran berasal dari alam disebut pencemar alami (naturally pollutants) dan pencemar yang berasal dari kegiatan manusia disebut pencemar
nyata (true pollutants atau corollary pollutants).  Menurut persistensi atau “life span”-
nya, dikenal pencemar dapat atau mudah urai (degradable pollutant) dan sukar atau tidak
terurai (non-degradable pollutant).  Menurut jenis dan dampaknya terhadap lingkungan
fisik dan atau hayati, pencemar perairan (Alabaster & Llyod, 1980 ; Morris, 1978)
dinyatakan sebagai berikut :

  1. Pencemar Inorganik Lamban ( inner inorganic pollutant )

Bahan inorganik lamban, seperti pasir, partikel-partikel tanah,  buangan dari industri pertambangan dan industri metalurgi, umumnya merupakan partikel-partikel padatan inorganik.  Pertikel-partikel tersebut berada di dalam air atau perairan dalam bentuk koloid maupun  tersuspensi (melayang dalam kolom air) sehingga menyebabkan air menjadi keruh (turbid).  Dampak lingkungan pencemar inorganic lamban seperti daya tembus cahaya matahari (solar beam intensity) terhambat, lapisan “Euphotic” perairan dangkal, sehinga produktifitas perairan rendah, produktifitas perikanannya menjadi rendah pula.

  1. Pencemar Organik ( organic pollutant )

Pencemar organik terdiri dari pencemar organik tidak mudah urai (non-degradable organic pollutant) dan pencemar organik mudah urai (degradable organic pollutants). Pencemar organik tidak mudah urai diantaranya adalah batang kayu (log) yang berada di perairan, menyebabkan gangguan terhadap navigasi dan setelah mengendap, mendangkalkan perairan.  Detergent alkylbehenesulfonate (sabun detergen dan pestisida organochlorine (misalnya, dieldrien, DDT) termasuk pencemar organic sukar urai dan pencemar organik.

Pencemar organik mudah urai antara lain sampah rumah tangga, kotoran manusia dan hewan, sampah dan limbah pertanian dan berbagai jenis limbah industri.  Pencemar organik tersebut diperairan  akan diuraikan oleh mikroba, terutama berbagai jenisbakteria.  Mikroba aerobik dalam proses penguraian bahan  organik tersebut menggunakan oksigen terlarut dalam air dan melepaskan unsur-unsur hara ke dalam air.  Akibatnya kadar oksigen terlarut akan menurun (oxygen depletion) dan kesuburan perairan meningkat.  Apabila kandungan unsur-unsur hara tinggi sehingga menyebabkan perairan lewat subur (eutrophication) dapat menyebabkan peledakan pertumbuhan fitoplankton dan atau  zooplankton yang disebut “blooming”.  Akibat  blooming, kandungan oksigen terlarut akan menurun dan apabila planktonnya mati secara massal dapat mencemari perairan karena terbentuk gas-gas (seperti ammonia, hydrogen sulfida dan fosfat) dan senyawa beracun lain (cyanoglucosida).  Aktifitas mikroba aerob yang
berlebihan menyebabkan kandungan oksigen terlarut di dalam perairan habis, kondisi perairan menjadi aerob.  Proses penguraian bahan organik selanjutnya dilakukan oleh mikroba anearob.  Hasil dari aktifitas mikroba anaerobik adalah gas-gas ammonia, hydrogen sulfide, methan dan ethan serta fosfin.  Gas-gas tersebut umumnya bersifat racun bagi ikan dan biota air lainnya.  Gas ammonia, sulfide dan fosfin mempunyai bau yang menyengat dan busuk sehingga air dan perairan yang tercemari bahan organik mudah diurai, nilai gunanya bagi peruntukan perikanan, rumah tangga dan industri menurun atau tidak berguna lagi.

  1. Pencemar Beracun

Pencemar beracun adalah pencemar yang dapat mengganggu fungsi fisiologis atau merusak organ-organ tubuh termasuk  darah, saraf dan enzim secara langsung. Tergantung dari sifat, modus operandi (mode of actions) dan kadar pencemar beracun yang mencemari perairan, maka pengaruh dan respon (tingkah laku) ikan yang terkena pencemar tersebut berbeda-beda.  Atas dasar mekanisme peracunannya, pencemar beracun dapat digolongkan menjadi racun kontak, racun perut dan  racun sistimatik.  Racun sistimatik mempunyai organ sasaran darah, saraf dan atau enzim.  Pencemar beracun yang  banyak ditemukan atau mencemari perairan di Indonesia, antara lain : berbagai jenis pestisida, sabun detergen, berbagai bahan turunan minyak bumi (senyawa phenolics) dan buangan industri yang mengandung metallic compounds, arsenics dan cyanics.

  1. Pencemar Radioaktif

Pencemar beradioaktif adalah limbah yang mampu menghasilkan radiasi (bahan tersebut disebut isotope).  Pencemar beradioaktif dapat menyebabkan gangguan fungsi fisiologis organ-organ tubuh, kerusakan organ tubuh, terbentuknya sel-sel kanker dan mutasi gen.  Pada saat ini pencemar beradioaktif di Indonesia belum ada atau belum terasa, tetapi pada suatu saat nanti kemungkinan pencemaran perairan oleh pencemar beradioaktif dapat terjadi.  Pengendalian  pencemar beradioaktif harus dilakukan di sumbernya.

  1. Pencemar Biologis

Biota-biota penyebab penyakit atau kuman penyakit  atau biota patogenik mencemari Perairan melalui atau bersumber dari kotoran manusia, kotoran hewan maupun limbah perkolaman atau pertambakan ikan yang terkena penyakit atau ikan-ikan liar yang terkena penyakit dan  biota parasitik.  Bagi manusia atau hewan ternak pengguna suatu perairan dikenal kuman “water born diseases” (disentri, muntaber atau kolera) dan “water related diseases”(malaria dan demam berdarah).  Bagi perikanan dikenal bakteri patogenik seperti  Vibrio  spp, Pseudomonas  spp, jamur  Lagenidium, Fusarum sp dan virus

Currently have 0 comments:

Leave a Reply

Post a Comment